Sejarah Berdirinya KAHMIKorps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) lahir dari rahim perjuangan panjang kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang telah selesai menempuh masa studinya, namun tetap ingin berkontribusi terhadap umat dan bangsa melalui wadah yang lebih luas dan terorganisir.Sejak berdiri pada 17 September 1966 di Jakarta, KAHMI telah menjadi rumah besar bagi para alumni HMI dari berbagai lintas generasi, profesi, dan latar belakang politik.Latar Belakang Kelahiran KAHMIPada pertengahan 1960-an, situasi nasional Indonesia sedang berada dalam pusaran pergolakan politik dan ideologis.HMI, sebagai salah satu organisasi mahasiswa Islam terbesar di Indonesia, memainkan peran penting dalam menjaga eksistensi nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan di tengah dominasi ideologi komunis yang saat itu menguat.Setelah peristiwa G30S/PKI tahun 1965, banyak alumni HMI yang telah terjun ke berbagai sektor kehidupan masyarakat — baik di birokrasi, politik, akademisi, militer, hingga dunia usaha — merasa perlu membentuk satu wadah koordinasi, komunikasi, dan kolaborasi dalam mengembangkan ide-ide perjuangan Islam dan keindonesiaan yang telah ditanamkan semasa menjadi kader HMI.Gagasan ini akhirnya diwujudkan dalam sebuah forum resmi pada 17 September 1966, yang kemudian dikenal sebagai momen berdirinya KAHMI.Tokoh-tokoh penting dalam pendirian organisasi ini antara lain adalah Jenderal (Purn) Soedjono Hoemardani, Prof. Dr. Lafran Pane, dan Jusuf Kalla, yang kemudian juga menjadi Ketua Presidium KAHMI di era berikutnya.Tujuan dan Cita-cita KAHMIKAHMI didirikan bukan sebagai pengganti HMI, melainkan sebagai organisasi yang menghimpun para alumni HMI agar tetap dapat berkontribusi secara aktif dalam membangun umat dan bangsa.Dalam Anggaran Dasarnya, KAHMI memiliki visi untuk “Terbinanya alumni HMI yang tersebar di seluruh pelosok tanah air dan mancanegara, yang berperan aktif dalam pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridai Allah SWT.”Dengan semboyan “Berkhidmat untuk Umat dan Bangsa”, KAHMI menegaskan komitmennya terhadap nilai-nilai keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan.Struktur dan Perkembangan OrganisasiSejak awal berdirinya, KAHMI menganut prinsip kolektif kolegial dalam struktur kepemimpinannya, yang dipimpin oleh sebuah Presidium Nasional.Organisasi ini memiliki jaringan struktur hingga ke daerah-daerah, dalam bentuk Majelis Wilayah (tingkat provinsi), Majelis Daerah (tingkat kabupaten/kota), dan bahkan Majelis Perwakilan Luar Negeri untuk mengakomodasi alumni HMI yang berdomisili di luar negeri.KAHMI juga membentuk berbagai lembaga dan badan otonom untuk menjawab tantangan zaman dan mendukung pengembangan SDM umat, seperti KAHMI Institute, KAHMIPreneur, dan forum-forum keilmuan serta kewirausahaan.Kiprah dan KontribusiSejak berdirinya, KAHMI telah melahirkan tokoh-tokoh nasional yang mewarnai sejarah Indonesia, seperti BJ Habibie (Presiden RI ke-3), Jusuf Kalla (Wakil Presiden RI), Anies Baswedan, Hamdan Zoelva, Mahfud MD, dan banyak lagi.Kiprah para alumni HMI melalui KAHMI tidak hanya di bidang politik, tetapi juga dalam pendidikan, dakwah, pemberdayaan ekonomi umat, hingga advokasi sosial.Kini, di usianya yang telah melewati setengah abad, KAHMI tetap menjaga semangat juang dan idealisme HMI dalam konteks yang lebih luas dan kompleks.Dengan terus merawat nilai-nilai dasar HMI: keislaman, keindonesiaan, dan intelektualitas, KAHMI diharapkan mampu menjadi kekuatan moral dan intelektual yang membawa perubahan positif bagi umat, bangsa, dan dunia. (*)